Minggu, 22 Mei 2011

Layang-Layang Sendu

Kemarau berlalu
Layang-layangku sendu
Di musim pilu
Aku rindu

Banci Pasar Emperan

Berbagai Koran
bercerita kaum pinggiran
Di zaman penuh kotoran
Bermain-main dengan peran
Kisah pilu orang emperan
Alur cerita berubah peran
Manipulasi kodrat tak punya pendirian
Wanita dan pria tak mengerti takaran
Tak peduli sindiran
Banci-banci pasar emperan
Dapat jatah besar-besaran

Sepucuk Surat untuk Tuhan

Tuhan….
Pena yang tersendat pada lembaran kusam
Tertulis beribu asa kusampaikan padaMu
Tak perlu ku titipkan pada angin yang membawanya terbang
Karena ku tahu Kau membacanya
Resah hariku kala teringat senyumannya
Janjiku pada mereka
Saat ini…demi orang yang kucintai
Ku tahu rencanaMu indah
Tuhan….
Aku ingin lulus pada waktu yang tepat

Selasa, 19 Oktober 2010

TABUH PENGHUNI PERUT

Tuhan…
Lusa aku buang segenggam nasi
Tanpa pikir tanpa rasa bersalah
Sekarang perutku bergendang menendang
Berjoget-joget tak karuan
Lihai dengan goyangan ngebor
Tuhan…
Kemarin aku buang segenggam nasi
Tanpa alasan tanpa logika
Sekarang perutku berdemo
Suarakan isi hati para organ
Diiringi lagu dangdut
Dengan dahsyatnya tabuh tifa
Tertawa terpingkal-pingkal
Melihat aku kelaparan
Menyesal…

MEREKA

Dengarkan si guru menerangkan
Tangan dilipat dan tutup mulut
Berbicara maka penggaris melayang
Anak kecil itu…
Ingin bermain tapi dituntut belajar
Ingin tertawa tapi dituntut serius
Belajar sambil bermain apa susahnya
Ah, dasar guru jadul
Masa bodoh dengan keadaan
Pendidikan zaman purbakala
Berkembang biak di zaman modern
Beranak pinak jajah pendidikan
Pura-pura tuli si guru
Ingin maju tapi tak maju-maju
Pendidikan ini pendidikan sesat!!!

Senin, 18 Oktober 2010

MUSIK RINTIK HUJAN

Ada melodi
Dari sebuah cawan
Mengadah air tetes hujan dari atap bocor
Semakin deras semakin cepat ritme dan tempo
Sesekali iringan suara drum
Petir yang begitu asyik bergendang
Tak ada musik seindah ini
Ciptaan Sang Khaliq

Rabu, 10 Februari 2010

Malam Kota Metropolitan

Lalu lalang gesit kendaraan yg egois
Melaju kencang sombong tak pernah menyapa
Kanan kiri berjejer megah lampu kota
Kalahkan hamparan bintang yang tak lelah tersenyum
Melihat kota ini sibuk
Sebagian sedang berpacaran
Siapkan rayuan gombal pada sang kekasih
Sebagian minum kopi di warung
Suntuk dengan urusan rumah tangga
Sebagian tidur pulas
Bermain-main di pulau mimpi
Sebagian berkhayal jadi penguasa

Kota sesak dan ramai
Siang dan malam yang selalu sama
Kapan aku bisa tidur tenang
Di kota metropolitan
Yang penuh polutan